Aku Masih termenung dalam
kesendirian ini. Berharap secarik harapan yang telah ku ukir membangunkan aku
dalam lamunanku. Dia, seorang yang selalu mengisi relung jiwa. Yang kini
memberikan duka mendalam sehingga aku tak mampu lagi untuk berharap. Tak ingin
lagi, masih terbayang dalam bayang bayang semu yang tak mampu ku raih.
“ Aku Mencintainya . Namun, aku tak
bisa bersamanya “
Aku tak bisa menyakiti siapapun.
Berharap, memutar waktu dan kembali ke masa lalu. Dimana saat aku dilahirkan,
penuh kasih sayang, kebersamaan, dan cinta keluarga yang abadi. Tidak seperti
ini. Namun, sekarang semua telah hilang. Pedihnya relung nestapa yang tak mampu
ku rasakan lagi. Sakit.
Aku selalu mencoba untuk tidur,
berharap dalam mimpi menemukan sebuah cahaya kehidupan penuh kebahagiaan. Tak
begini. Aku selalu berharap agar aku bisa terbang. Melayang tinggi penuh
harapan, melepas beban, meninggalkan semua luka yang ingin ku buang, meski tak
bisa.
Sulit menerima kenyataan. Kehidupan
yang berat ini semakin membunuhku perlahan. Namun, yang terdalam aku masih
terus mencintainya. Raga ini bergetar, nadi ini membeku, hati ini tak mampu
berbohong. “ Aku Tetap Mencintainya “
Terlambat tuk diungkapkan, namun
terlalu menyedihkan untuk tak diungkapkan. Kenyataan yang tertunda, sehingga
terlalu fana untuk mewujudkan harapan yang telah ku tulis. Dengan hati, dengan
mimpi, dengan semangat yang aku tak mau ada seorangpun mampu merusak jiwa ini.
“ Hal ini perlu diungkapkan, ia perlu tau “
Biarkan
kebimbangan ini berjalan, memuncak, dan biarkan ia pergi. Kuharap, secepatnya …

Tidak ada komentar:
Posting Komentar