Sabtu, 15 Desember 2012

Harapan Yang Hilang


            Aku Masih termenung dalam kesendirian ini. Berharap secarik harapan yang telah ku ukir membangunkan aku dalam lamunanku. Dia, seorang yang selalu mengisi relung jiwa. Yang kini memberikan duka mendalam sehingga aku tak mampu lagi untuk berharap. Tak ingin lagi, masih terbayang dalam bayang bayang semu yang tak mampu ku raih.
            “ Aku Mencintainya . Namun, aku tak bisa bersamanya “
            Aku tak bisa menyakiti siapapun. Berharap, memutar waktu dan kembali ke masa lalu. Dimana saat aku dilahirkan, penuh kasih sayang, kebersamaan, dan cinta keluarga yang abadi. Tidak seperti ini. Namun, sekarang semua telah hilang. Pedihnya relung nestapa yang tak mampu ku rasakan lagi. Sakit.
            Aku selalu mencoba untuk tidur, berharap dalam mimpi menemukan sebuah cahaya kehidupan penuh kebahagiaan. Tak begini. Aku selalu berharap agar aku bisa terbang. Melayang tinggi penuh harapan, melepas beban, meninggalkan semua luka yang ingin ku buang, meski tak bisa.
            Sulit menerima kenyataan. Kehidupan yang berat ini semakin membunuhku perlahan. Namun, yang terdalam aku masih terus mencintainya. Raga ini bergetar, nadi ini membeku, hati ini tak mampu berbohong. “ Aku Tetap Mencintainya “
            Terlambat tuk diungkapkan, namun terlalu menyedihkan untuk tak diungkapkan. Kenyataan yang tertunda, sehingga terlalu fana untuk mewujudkan harapan yang telah ku tulis. Dengan hati, dengan mimpi, dengan semangat yang aku tak mau ada seorangpun mampu merusak jiwa ini. “ Hal ini perlu diungkapkan, ia perlu tau “

Biarkan kebimbangan ini berjalan, memuncak, dan biarkan ia pergi. Kuharap, secepatnya …
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar